Apa itu mengampuni?
Alkisah ada seorang guru suci yang sedang berkelana. Karena malam tiba, ia pun mencari tempat berteduh. Ia melihat ada sebuah gubuk yang sudah lama tidak terpakai dan ia pun masuk ke dalamnya. Begitu ia masuk ke dalam, tiba-tiba ada seekor ular yang menggigit tangannya. Sang guru dengan penuh welas asih tidak bergerak, membiarkan sang ular hingga ia melepaskan gigitannya. Sang guru bertanya: “Wahai ular, engkau tanpa tendeng aling-aling langsung menyerang siapa pun yang mendekati kamu. Apa yang terjadi kalau seorang anak kecil yang datang ke gubuk ini? Tentunya ia akan celaka!”
Baca juga: 10 Langkah Mengampuni Pasangan
Ular itu pun mangut dan mau menuruti petuah dari sang guru suci. Beberapa lama berselang, sang guru kembali melewati wilayah itu dan bertemu kembali dengan sang ular. Sang ular dalam kondisi tubuh yang terluka parah. Ular pun berkata pada sang guru, “Guru, engkau mengajarkan supaya aku tidak menggigit manusia tidak berdosa. Tapi lihatlah guru akibatnya pada tubuhku ini!”
Sang guru pun menjawab, “Hai ular, aku memang melarangmu untuk menggigit manusia, tapi aku tidak pernah melarangmu untuk mendesis.
Banyak orang salah kaprah dengan yang namanya mengampuni. Misalnya:
- Mengampuni itu sama dengan menerima perlakuan orang lain yang telah menyakiti kita. Ini sama seperti kisah ular tadi. Kita masih bisa mengampuni tanpa harus menerima perlakuan buruk dari orang lain. Perlakuan buruk tetap harus dihentikan, dan tindakan yang melanggar hukum tetap perlu dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Namun itu tidak mencegah kita untuk mengampuni kesalahan pasangan kita.
- Kesalahkaprahan yang kedua adalah yang berpikir bahwa mengampuni itu sama dengan melupakan. Sebagai seorang manusia yang Tuhan anugerahkan otak yang hebat, manusia tidak bisa melupakan sepenuhnya kejadian yang telah terjadi, apalagi kejadian yang traumatis dan membuat shock. Kecuali ia mengalami penyakit seperti demensia, Alzheimer, atau mengalami kecelakaan yang merusak otak, manusia tetap akan dapat mengingatnya.
- Mengampuni itu juga sering disamakan dengan rekonsiliasi. Kalau memang mengampuni sama dengan rekonsiliasi, bagaimana dengan tindak kejahatan teroris misalnya, di mana seseorang melakukan bom bunuh diri dan membunuh seorang ibu? Bagaimana caranya suaminya bisa rekonsiliasi dengan orang yang sudah tewas meledakkan diri? Mengampuni tidak ada urusannya dengan orang yang telah menyakiti kita. Mengampuni adalah urusan kita dengan diri kita sendiri.
Dari berbagai definisi pengampunan yang ada, definisi mengampuni yang paling tepat adalah: dengan sengaja mengabaikan kemarahan dan respon lain (yang merupakan hak kita), dan terus-menerus berusaha keras untuk meresponi orang yang berbuat kesalahan dengan murah hati, dan cinta kasih sehingga tidak ada hukuman apapun lagi yang perlu dilakukan olehnya untuk membayar kesalahannya.
Pengampunan akan sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri, apabila dilakukan sepaket dengan apa yang disebut dengan let go (melepaskan). Yaitu: melepaskan kepahitan yang terjadi sehingga saat kita mengingat kejadian tersebut kita tidak lagi merasa sakit.
Mengapa kita perlu mengampuni pasangan kita?
Bicara tentang pengampunan, selalu lebih mudah bicara daripada dikerjakan. Mengampuni itu salah satu hal sederhana yang paling sulit untuk dilakukan manusia. Apalagi kalau hal itu menyangkut kesalahan dengan pasangan. Orang yang paling dekat dengan kita selalu merupakan orang memiliki potensi yang paling besar untuk menyakiti kita dengan sangat.
Orang yang paling dekat dengan kita selalu merupakan orang memiliki potensi yang paling besar untuk menyakiti kita dengan sangat
Tetapi waktu kita mengampuni dan melepaskan kepahitan kita, riset menunjukkan banyaknya manfaat yang akan kita alami:
- Orang yang belajar mengampuni akan mengalami lebih sedikit amarah, kepahitan, depresi dan kecemasan. (Luskin, 2002)
- Orang yang mengampuni memiliki kesehatan jantung yang lebih baik dan lebih jarang merasakan sakit maag dan sakit kepala akibat lebih jarang stress (Tiller, McCraty & Atkinson, 1996).
- Mereka memiliki kesehatan emosi dan fisik yang lebih baik dan karenanya hidup lebih lama (Luskin, 2002)
Selain dari 3 dampak kesehatan mental dan fisik tadi, mengampuni juga merupakan salah satu hal yang diajarkan oleh semua agama. Mengampuni selalu memberikan dampak positif bagi spiritualitas kita. Dapat dikatakan bahwa orang yang mengampuni adalah orang yang lebih dekat dengan surga.
Maka, tatkala kita merasa kesulitan untuk mengampuni pasangan kita, ingatlah manfaat kesehatan fisik, emosional dan spiritual yang ditimbulkan dari forgiveness dan let go bagi diri kita sendiri. Mengampuni adalah bukan hanya untuk pasangan kita, tetapi untuk diri kita sendiri.
Mengampuni pasangan dengan AMPUNI
Kita sudah membahas tentang apa itu mengampuni dan melepaskan, dan kita juga sudah tahu manfaatnya bagi kesehatan tubuh: fisik, mental bahkan spiritual kita. Lalu apa langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk mengampuni dan melepaskan?
Masih ingat definisi pengampunan di atas?
…dengan sengaja mengabaikan kemarahan dan respon lain (yang merupakan hak kita), dan terus-menerus berusaha keras untuk meresponi orang yang berbuat kesalahan dengan murah hati, dan cinta kasih sehingga tidak ada hukuman apapun lagi yang perlu dilakukan olehnya untuk membayar kesalahannya
Dari definisi ini, pengampunan itu adalah sebuah keputusan. Keputusan untuk mengabaikan kemarahan dan kesakitan kita, serta hak kita untuk membalas, apapun cara pembalasan kita. Pengampunan itu sederhana, adalah semata-mata mau atau tidak mau. Yang sulit adalah melepaskan kepahitan kita.
Untuk melepaskan, kita dapat menggunakan cara: AMPUNI
A: Apa yang telah terjadi?
M: Membagi pada 2 orang yang dapat dipercaya
P: Pengharapan apa yang hilang?
U: Ubah kisah pilu menjadi kisah pengampunan
N: Niat positif penting untuk pemulihan
I: Ingat juga hal-hal baik yang terjadi kepada kita
Apa yang telah terjadi?
Anda perlu mengetahui dan memahami kejadian yang melukai hati Anda dengan jelas sebelum Anda bisa mengampuni, lalu kenali perasaan yang muncul sebagai akibat dari kejadian itu. Apakah Anda marah? Merasa dipermalukan? Ketakutan? Sakit hati?
Membagi pada 2 orang yang dapat dipercaya
Apa yang telah Anda pahami itu perlu disharingkan, dibagikan kepada sedikitnya 2 orang yang Anda percayai. Anda memerlukan dukungan dari orang-orang tersebut, dan perlu melepaskan sebagian kekesalan dan rasa sakit hati Anda.
Pengharapan apa yang hilang?
Saat kita dilukai pasangan kita, ada sesuatu yang kita harapkan tapi tidak terjadi. Misalnya, kita mengharapkan pasangan kita tetap setia teguh memegang janji pernikahan, tetapi ia gagal dengan melakukan perselingkuhan. Atau kita mengharapkan pernikahan yang harmonis, tetapi ternyata pasangan kita mengatakan hal-hal yang menyakitkan hati.
Buatlah pernyataan harapan Anda menurut hukum PPS (positif, pribadi dan spesifik). Hindari mengharapkan hal dalam bentuk kalimat negatif misalnya, saya mengharapkan suami tidak pernah selingkuh. Tetapi carilah kalimat yang positif, spesifik dan pribadi, misalnya: saya mengharapkan suami selalu setia.
Ubah kisah pilu menjadi kisah pengampunan
Istri kita mungkin telah melakukan kesalahan fatal. Suami kita mungkin telah berbohong pada kita. Mereka mungkin memang benar-benar melakukan kesalahan yang layak dihukum. Namun kita perlu menyadari bahwa manusia tidak sempurna, dan terkadang sebagaimana sempurnanya pun seseorang, tetap ada saat-saat ia melakukan kesalahan-kesalahan fatal. Demikian juga dengan suami/istri kita. Bahkan diri kita pun tidak selalu bisa kita kendalikan 100%. Kesalahan fatal apapun yang telah dilakukannya, ternyata pernah dilakukan oleh banyak orang hebat lainya. Ini bukan terjadi hanya pada diri Anda secara khusus. Sekali lagi ini bukanlah pembenaran akan apa perbuatan buruk yang telah dilakukannya kepada kita. Dengan memahami bahwa manusia tidak berdaya untuk tidak berdosa atau untuk tidak melakukan kesalahan, kita memberikan jalan untuk bisa memaafkan orang lain.
Di sini kita perlu menuliskan pernyataan pengampunan kita sebagai lanjutan dari pernyataan harapan kita.
Contoh: Saya mengharapkan suami tetap setia pada saya (pernyataan pengharapan), tetapi dia, seperti pria lainnya juga bisa jatuh dalam dosa perselingkuhan (pernyataan pengampunan).
Niat positif penting untuk pemulihan
Setelah kita membuat kedua pernyataan itu, kita tambahkan niat positif untuk melengkapi kalimat pernyataan kita. Niat positif ini adalah hal yang ingin Anda fokuskan sebagai keinginan/tujuan baik yang positif, untuk menggantikan pikiran kita yang secara alami terus mengingat kejadian kesalahan pasangan yang tidak akan bisa kita ubah sampai kapan pun.
Contoh: Saya mengharapkan suami tetap setia pada saya (pernyataan pengharapan), tetapi dia, seperti pria lainnya juga bisa jatuh dalam dosa perselingkuhan (pernyataan pengampunan). Sekarang saya fokus untuk memperbaiki komunikasi dengan suami saya demi kebahagiaan bersama (niat positif).
Niat positif membangkitkan Anda dengan mengubah kisah pilu Anda menjadi kisah heroik seorang penyintas kehidupan.
Ingat juga hal-hal baik yang terjadi kepada kita
Terkadang kita sulit sekali untuk mencari niat positif untuk menggantikan fokus kita. Kita seringkali melihat pasangan kita begitu buruk dan tidak mampu melakukan hal-hal baik sedikit pun, saking menyakitkannya luka yang dibuatnya. Karena itu terkadang kita perlu juga menuliskan jurnal hal-hal baik yang kita alami setiap hari dalam sebuah buku. Tuliskanlah hal-hal baik dari sekedar kesehatan dan kelancaran usaha/pekerjaan kita, hingga mendapatkan hadiah ulang tahun, atau hal-hal yang terjadi dengan anak kita. Mencatatkan hal-hal tersebut membantu kita menyingkirkan kepahitan yang terus-menerus ingin kita ingat sebagai dendam yang membara dalam diri kita.
Selamat mencoba AMPUNI dan semoga kesehatan fisik, mental dan spiritual itu menjadi milik Anda.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.