Avengers – Endgame Moral Lesson dari Sudut Pandang Keluarga

Avengers End Game

Film Avengers Endgame adalah cinematik penutup yang epik dari 22 film selama 11 tahun Marvel Studios memproduksi filmnya sendiri, dimulai dengan Iron Man pada tahun 2008. Momen demi momen yang lucu, mengharukan, awesome dan mengundang tepuk tangan penonton bioskop disajikan begitu apik dan nyaris sempurna. Kami sekeluarga mendapatkan kesempatan menonton film tersebut pada hari kedua penayangannya di Indonesia.

Baca juga: 12 Pelajaran Tentang Pernikahan dari Drama Korea “Go Back Couple”

[ebs_well type=””]
Spoiler Alert! 

Bagi Anda yang belum menonton Avengers Infinity War dan Avengers Endgame, saya sarankan menonton terlebih dahulu baru membaca ulasan ini. Saya tidak ingin merusak unsur kejutan yang sudah susah-susah dibuat dan dijaga oleh tim sutradara Joe dan Anthony Russo beserta segenap kru dan aktornya.

[/ebs_well]

Dari Infinity War ke Endgame

Bumi dan seluruh jagat raya berduka. 50% mahluk hidup dimusnahkan seketika hanya dengan jentikan jari Thanos. Orang tua, anak, suami, istri, kakak, adik, sahabat menghilang. Para superhero Avengers untuk pertama kalinya mengalami kekalahan yang fatal dan menyakitkan. Dari 24 tokoh super hero, hanya tersisa 10 tokoh (Iron Man, Captain America, War Machine, Thor, Black Widow, Hawkeye, Hulk, Ant Man, Rocket, Nebula) plus Captain Marvel yang baru tiba di bumi setelah pertempuran selesai.

avengers infinity war

Pasca kekalahan itu, Iron Man dan Nebula dengan bantuan Captain Marvel memang berhasil tiba di bumi dengan selamat. Namun ada perubahan dalam diri Iron Man. Semangatnya yang biasanya begitu kuat dalam membela bumi padam.

Tony Stark sang Iron Man yang menikahi mantan sekretarisnya: Pepper Potts, sudah berulangkali diminta oleh istrinya untuk berhenti. Saat serangan awal Thanos di bumi yang dipimpin oleh Ebony Maw, Potts mengharapkan Stark tidak berada dalam pesawat alien yang membawa mereka ke Titan. Tapi Stark memang berada di pesawat tersebut dan meminta maaf pada istrinya.

Dilema serupa sering terjadi dalam rumah tangga: Suami mementingkan pekerjaannya versus permintaan istri untuk lebih memperhatikan keluarga. Keluarga selalu lebih prioritas dari karir dan pekerjaan, bukankah demikian?

Setelah kekalahan itu, Stark memang beruntung, istrinya tidak ikut lenyap bersama 50% populasi bumi. Ia bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang di bumi bersama istri dan anaknya. Stark tidak ingin lagi berada dalam resiko berpisah dengan orang yang paling dicintainya. Karena itu ia memilih pensiun dan tidak lagi terlibat dengan urusan super hero Avengers selanjutnya. Stark memilih keluarga daripada tugas panggilannya.

Saat itu keluarga kecil Stark dan Potts harusnya berakhir bahagia. Ia bisa melewati sisa masa hidupnya dengan tenang. Namun panggilan hidupnya memang tidak bisa membuat Stark berhenti. Saat ada kesempatan untuk mengembalikan kembali 50% populasi jagat namun dengan syarat dirinya ikut serta, ia pun gamang. Ia tidak ingin meninggalkan istri dan anaknya lagi. Lantas ia pun berdiskusi dengan istrinya.

Peran Potts sebagai istri sang Iron Man di sini sangat penting. Menyadari dunia membutuhkan suaminya, ia tidak mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya, dan mendukung suaminya untuk kembali mempertaruhkan nyawanya dan mengembalikan kembali orang-orang yang lenyap dalam Infinity War. Dukungan seorang istri memang sangat vital untuk keberhasilan suaminya.

keluarga adalah prioritas

Keluarga vs Panggilan, mana yang lebih utama?

Kalau kita memperbandingkan antara keluarga vs pekerjaan/karir maka kita akan sangat mudah untuk menjawabnya, yaitu tentu saja keluarga harus lebih prioritas daripada pekerjaan. Namun bagaimana kalau pekerjaan yang kita jalani adalah juga panggilan hidup kita? Apakah kita tetap mempertahankan prioritas keluarga sebagai utama dan karir/pekerjaan yang merupakan panggilan itu harus di bawah keluarga?

Saat pekerjaan kita adalah panggilan kita, kita tidak lagi mengerjakannya untuk semata-mata mencari uang dan keuntungan saja. Kita mengerjakannya karena kita menyadari makna dan meaning pekerjaan kita bagi orang lain, masyarakat atau bahkan dunia. Beberapa panggilan menuntut kita untuk mengorbankan kenyamanan waktu bersama keluarga, misalnya: dokter, pejabat negara (Walikota, Mentri, Gubernur, Presiden, dll.), TNI/Polri, hamba Tuhan, dan masih banyak pekerjaan lainnya.

Keluarga jelas begitu penting, tapi panggilan kita tidak kalah pentingnya. Kepentingan begitu banyak orang dibandingkan dengan 3-4 orang keluarga kecil kita, bagaimana bisa dibandingkan? Bagi para suami/istri yang mengalami dilema seperti ini, prinsip-prinsip berikut dapat digunakan:

1. Tetap bercakap-cakap min 15 menit sehari. Jika Anda harus terpisah dengan keluarga Anda, di masa kini, jaman sudah canggih, kita bisa video call atau setidaknya telepon dengan istri kita dan juga dengan anak-anak. Sebelum beraktivitas pagi hari adalah celah waktu yang baik untuk berkomunikasi di mana orang-orang belum menghubungi kita, dan kita pun belum mulai bekerja, atau bisa juga sebelum tidur kita bercengkrama dulu sebentar dengan keluarga, terutama istri yang sangat membutuhkan kita.

2. Kontak kecil tapi sering sangat membantu. Gunakan teknologi chatting untuk sesekali mengirim dan menerima pesan saat senggang. One minute break saja sudah cukup untuk mengirim pesan. Kita bisa membaca jawabannya nanti saat waktu senggang berikutnya. Katakan “Aku makan singkong bakar siang ini” atau “Tadi si bungsu menanyakan kamu” cukup memberi kesegaran dan senyuman di wajah pasangan kita.

3. Manfaatkan waktu luang sebaik mungkin untuk keluarga. Sesibuk apa pun pekerjaan panggilan kita, selalu ada waktu luang untuk beristirahat dari pekerjaan kita. Karyawan mining misalnya, sehari-hari harus ada di pertambangan, namun memiliki libur panjang setiap 1-2 bulan. Saat itu, gunakanlah sebaik mungkin waktu Anda bersama keluarga Anda. Singkirkan kegiatan yang kurang prioritas lainnya yang bentrok dengan waktu keluarga Anda, misalnya kegiatan sosial/pelayanan, dan bila perlu hobi Anda. Sadari bahwa harga yang harus dibayar untuk mempertahankan panggilan dan keluarga kita mungkin berarti harus mengorbankan kesukaan-kesukaan kita yang lainnya.

4. Upayakan jeda waktu dari satu kegiatan/proyek ke proyek lainnya, sehingga memiliki waktu untuk bersama keluarga. Dalam beberapa profesi, tidak selalu pekerjaan kita begitu menyita waktu hingga 24 jam sepanjang waktu. Mungkin kita sedang mengerjakan suatu proyek, atau mungkin sedang membereskan masalah kritis dalam pekerjaan atau mungkin suatu tugas yang membutuhkan waktu beberapa lama tidak pulang ke rumah (misalnya tentara dan polisi) memang memaksa kita untuk 24 jam tanpa kontak dengan keluarga kita. Tapi hal-hal tersebut selalu bersifat sementara. Setelah keadaan itu selesai, kita punya waktu untuk bersama keluarga. Maka upayakan agar memiliki waktu jeda sebanyak mungkin sebelum proyek/tugas berikutnya menanti kita.

5. Delegasikan tugas sebanyak mungkin pada orang lain. Terkadang, kesibukan kita dan pengorbanan waktu keluarga kita terjadi karena kita tidak percaya pada orang lain. Karena kita mengerjakannya semuanya sendirian sehingga waktu kita yang cuma 24 jam sehari tanpa bisa ditambah itu habis terpakai, bahkan kurang. Kalau ini yang terjadi, mungkin saatnya bagi Anda untuk mencari orang yang dapat Anda percayai untuk Anda delegasikan sebagian tugas Anda padanya. Salah satu prinsip time management yang penting adalah: delegasikan tugas sebanyak mungkin pada orang lain, sehingga Anda cukup mengerjakan tugas-tugas penting yang memang harus Anda sendiri yang mengerjakannya.

mencapai visi bersama dalam pernikahan

Tujuan pernikahan adalah mewujudkan VISI bersama-sama

[ebs_well type=””]
Spoiler Alert! 

Bagi Anda yang belum menonton Avengers Endgame, sekali lagi saya ingatkan untuk menonton terlebih dahulu baru membaca ulasan ini. Saya tidak ingin merusak unsur kejutan yang sudah susah-susah dibuat dan dijaga oleh tim sutradara Joe dan Anthony Russo beserta segenap kru dan aktornya.

[/ebs_well]

Stark kembali join dengan sisa Avengers untuk menyelamatkan bumi dan memenuhi 1 kesempatan kemenangan dari 14 juta kemungkinan kekalahan yang dilihat oleh Dr. Strange. Namun upayanya untuk tetap hidup dan bahagia selamanya dengan istri dan anaknya pupus. Ia harus mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan bumi dan jagat raya.

Istrinya dengan penuh pengertian, tidak berusaha menyalahkan suaminya yang mengambil keputusan yang merenggut nyawanya sendiri di tengah pertempuran genting melawan Thanos. Ia hanya berkata menenangkan Stark di akhir hidupnya, “Sekarang kamu sudah bisa istirahat.” Suatu sikap lapang dada dan pengertian yang patut diacungkan jempol dari seorang istri yang ditinggal mati suaminya. Ia menyadari tugas dan panggilan suaminya memang dapat merenggut suaminya dari sisinya. Pernikahan selalu merupakan kerjasama suami dan istri dalam mencapai suatu visi bersama, yang dalam kasus Avengers Endgame adalah menyelamatkan bumi dan jagat raya.

Selamat jalan Iron Man, selamat jalan Stan Lee, terima kasih untuk 11 tahun menginspirasi kami melalui Marvel Studios.

stan lee tony stark

Bagaimana pendapat Anda?