Jawab Coach Deny Hen:
Ini pertanyaan yang sangat bagus, karena banyak pemuda baik yang mengikuti mindset yang keliru mengenai cinta. Sebagian pemuda baik tadi jadi merasa bersalah karena waktu ia mencintai pacarnya, ia kok memiliki nafsu yang membara, bahkan kadang membayangkan ia tidur dengan kekasihnya. Ia jadi merasa sangat bersalah. Ini terjadi karena para anak muda ini memisahkan antara cinta sejati dengan nafsu. Seakan-akan cinta sejati tidak boleh memiliki nafsu, dan kalau sudah nafsu pasti bukan cinta sejati.
Baca juga: Baru Nikah Kok Bercerai? Tanya Kenapa?
Masalahnya, namanya cinta sejati sebenarnya terdiri dari 3 unsur, yaitu gairah, keintiman dan komitmen. Gairah itu bahasa lugasnya apa? Ya nafsu itu tadi! Jadi cinta antara pria dan wanita memang pasti mengandung nafsu, karena kalau tidak ada nafsu, artinya mereka berdua hanya mencintai sebatas teman saja.
Nafsu seks itu sangat natural dan wajar. Sama sekali tidak ada yang salah dengan hal itu. Tuhan menciptakan libido alias nafsu seks untuk rencana agungnya agar manusia belajar saling mencintai, sekaligus mempertahankan eksistensi manusia melalui anak-cucu sebagai hasil hubungan seksual. Seks adalah sesuatu yang sangat suci, bukan tabu, asalkan ditaruh pada tempat yang benar yaitu institusi pernikahan yang kudus.
Jadi tidak masalah memiliki gairah kepada pacar, yang jadi masalah adalah kalau kita tidak mampu mengendalikan gairah seksual itu, lalu sering pacaran di tempat yang terlalu private (misalnya di kamar kos atau di rumah saat rumah kosong), sehingga terjadi hal-hal yang Anda berdua inginkan (tetapi tidak diinginkan oleh moral dan agama). Ini yang harus dihindari.
Penghindarannya tentu saja bukan dengan menikah terlalu dini, karena sangat banyak hal yang perlu saling diketahui dan dikenal pasangannya sebelum mereka berdua mengikatkan diri dalam komitmen yang sakral tersebut. Membeli kucing saja kita tidak mau dalam karung, apalagi memilih seseorang yang akan menjadi satu dengan kita, di mana kita berbagi segala hal dengannya. Bagaimana mungkin kita memilihnya tanpa mengenalnya terlebih dahulu? Maka idealnya pasangan setidaknya berpacaran 2 tahun dulu sebelum menikah.
Menghindari terjadinya “hal yang diinginkan” tadi adalah dengan pacaran sehat, yaitu pacaran di tempat terbuka, tanpa sentuhan-sentuhan yang terlalu intim dan lebih banyak mengisi waktu dengan kegiatan positif bersama maupun bercakap-cakap. Tujuan pacaran adalah untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya dan beradaptasi satu dengan yang lain.
Kalau sekali-kali pikiran tidur dengan sang kekasih pujaan hati muncul, segera tepis dan katakan pada diri Anda sendiri bahwa hal itu akan teramat sangat indah yang akan dilakukan nanti saat sudah menikah dan bukan sekarang. Karena jika dilakukan sekarang, yang akan terjadi adalah kehidupan Anda berdua yang akan berantakan.
Maka mengenai pertanyaan di atas, saya mengusulkan, sepertinya lebih kena jika pertanyaannya adalah: “Apakah pernikahan anak muda itu karena nafsu seks yang menggebu-gebu atau karena merasa sudah yakin dengan pasangannya?” Nah, baru pertanyaannya cukup menarik dan harus dijawab oleh Anda yang berpengalaman menikah usia muda. Kami yang tidak pernah mengalaminya, sama sekali tidak berhak menghakimi Anda.
Namun jika Anda adalah pasangan muda yang sedang ragu apakah sudah saatnya menikah atau belum, Anda bisa mendapatkan gambaran kasar kesiapan nikah Anda melalui test berikut ini: Apakah Saya Sudah Siap Nikah?
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.