7 Profil Orang yang Memiliki Kecenderungan Selingkuh

orang kecenderungan selingkuh

Penelitian yang dilakukan oleh dosen UI di Jakarta ini menghasilkan 7 profil individu yang memiliki kecenderungan selingkuh. Berikut ini laporannya -redaksi

Pendahuluan

Menurut sebagian masyarakat, melakukan hubungan seksual di luar jalur pernikahan atau yang dikenal dangan istilah “perselingkuhan”, sekarang ini sudah menjadi hal yang biasa dan banyak ditemukan. Apalagi dengan majunya teknologi, mengakses situs-situs yang membangkitkan kecenderungan berselingkuh adalah sangat mudah. Media elektronik dan media sosial yang ada juga seringkali menayangkan berita-berita atau cerita-cerita mengenai perselingkuhan atau membangkitkan kecenderungan untuk berselingkuh.  Dengan kemajuan teknologi, mencari teman kecan untuk berselingkuhpun menjadi semakin mudah.

Selain itu, tidak hanya orang dewasa yang dapat masuk ke dunia perselingkuhan tersebut. Remaja bahkan anak-anakpun dapat melakukan perselingkuhan dalam arti melakukan persetubuhan di luar jalur pernikahan.  Hal tersebut sempat menghebohkan media cetak ketika ada siswa sekolah yang menggunakan jasa Pekerja Seks Komersil (PSK) di tempat pelacuran. Hal ini mengindikasikan bahwa melakukan hubungan seksual di luar pernikahan tidak lagi memandang usia. Baik tua maupun muda dapat melakukan perselingkuhan.

Berita yang hangat baru-baru ini yaitu maraknya prostitusi online juga ikut menegaskan bahwa melakukan perselingkuhan tidak mengenal jabatan. Para PSK prostitusi online sendiri bahkan mempunyai posisi terhormat dan yang menggunakan jasa ini juga banyak yang berasal dari orang biasa sampai orang berpangkat. Melihat gejala ini, kita dapat mempertanyakan kekuatan sakral dari apa yang disebut pernikahan.

Gejala seperti ini seharusnya menimbulkan kecemasan bagi kita khususnya di saat kita memikirkan tentang generasi muda yang harus berhadapan dengan fenomena perselingkuhan yang akan semakin marak dan transparan.

Penelitian STATISTIKA

Sebut saja namaku STATISTIKA. Aku sangat kuatir dengan keadaan seperti ini dan aku akan mencoba mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk  berselingkuh, khususnya di kalangan pekerja di Jakarta, yang memiliki kehidupan yang boleh dikata bebas. Perselingkuhan di sini diartikan melakukan hubungan seksual di luar jalur pernikahan. Dapat dilakukan oleh orang yang sudah menikah maupun belum menikah.

Survey mengenai perselingkuhan sudah pernah dilakukan. Salah satunya yaitu Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat, Penelitian Bisnis dan Humaniora (LSCK-PUSBIH) di tahun 2008 melakukan penelitian terhadap 1.660 mahasiswi di Yogyakarta. Hasil yang didapatkan adalah 97,05% mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang kegadisannya. Survey lain dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kepala BKKBN mengatakan bahwa dari 2,6 juta remaja di DKI Jakarta, jumlah remaja yang pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan mencapai 1,3 juta remaja.

Maraknya melakukan hubungan seksual di luar pernikahan semakin diperkuat dengan data tingginya angka aborsi di Indonesia. Data Terry Hull dkk (1993) dan Utomo dkk (2001), Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebutkan bahwa 2,5 juta perempuan per tahun telah melakukan aborsi. Bahkan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta oleh BKKBN tahun 2010 memperoleh hasil berupa 37% dari 1160 mahasiswi di Yogyakarta mengalami MBA (Married by Accident) atau menikah karena hamil sebelum menikah.

Selain itu, pada tahun 2012 pun Kementerian Sosial Republik Indonesia mencatat terdapat 161 tempat lokalisasi yang tersebar di 19 propinsi di Indonesia. Banyaknya tempat lokalisasi menandakan tingginya permintaan masyarakat dalam melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Tingginya angka kehamilan di luar pernikahan dan banyaknya tempat lokalisasi mencirikan semakin tingginya tingkat melakukan perselingkuhan. Data terakhir pasti menunjukkan peningkatan.

Melakukan hubungan seksual di luar pernikahan tak lepas dari dampak negatifnya. Dampak negatif dari melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah degradasi moral, berkembangnya penyakit kelamin dan penyakit berbahaya lainnya, meningkatkan banyaknya kehancuran rumah tangga, banyaknya kehamilan di luar nikah, terjadinya aborsi yang dapat menyebabkan kematian, dan sebagainya. Akibat-akibat buruk di atas juga sudah terjadi di Indonesia dan terlihat semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Karena pertanyaan seputar melakukan perselingkuhan merupakan sesuatu yang bersifat sensitif dan sulit untuk dilakukan secara akurat, maka penulis mencoba mengukur perselingkuhan dari tingkat kecenderungan melakukan perselingkuhan. Hal ini diukur dengan menggunakan Skala Likert yang sudah mendapatkan Hak Cipta secara resmi. Alat Ukur ini sudah mendapatkan Hak Cipta dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tanggal 09 Juli 2015 dangan nomor pencatatan 076131 HKI. 2-01-000005303 atas nama Rianti Setiadi dan Dini Riyani.

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecenderungan Melakukan Perselingkuhan

Tingkat kecenderungan melakukan perselingkuhan pastilah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jika factor-faktor tersebut dapat ditemukan maka bisa diupayakan langkah untuk mereduksi terjadinya perselingkuhan. Hal inilah yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu menvari factor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan berselingkuh dari pekerja DKI Jakarta.

Dari hal-hal yang telah diuraikan dan dari berbagai sumber lain, terangkum beberapa faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kecenderungan berselingkuh seperti tingkat birahi, tingkat pergaulan, usia, masalah finansial, self-image, tingkat kejenuhan, gaya hidup, pernah patah hati, kebutuhan penerimaan oleh lingkungan (need for acceptance), tingkat kerohanian, pendidikan, pekerjaan, jabatan, penghasilan, status pernikahan, status pernikahan orangtua, dan tingkat kepuasan terhadap hidup. Faktor-faktor tersebut akan dilibatkan dalam penelitian ini sebagai kandidat factor yang mempengaruhi kecenderungan untuk berselingkuh.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

Populasi: adalah seluruh pekerja DKI Jakarta Non Siswa.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 687 pekerja DKI Jakarta Non Siswa.

Variabel penelitian:

  • Tingkat kecenderungan berselingkuh diukur dengan skala Likert
  • tingkat birahi diukur dengan skala Likert
  • tingkat pergaulan diukur dengan skala Likert
  • usia
  • apakah ada masalah finansial (ya, tidak)
  • self-image diukur dengan skala Likert
  • tingkat kejenuhan diukur dengan skala Likert
  • gaya hidup (bebas, tidak bebas)
  • pernah patah hati (ya, tidak)
  • kebutuhan penerimaan oleh lingkungan (need for acceptance), diukur dengan Skala Likert
  • tingkat kerohanian diukur dengan skala Likert
  • gender
  • pendidikan
  • pekerjaan
  • jabatan
  • penghasilan
  • status pernikahan (belum menikah, menikah, cerai-mati, cerai hidup)
  • status pernikahan orangtua (belum menikah, menikah, cerai-mati, cerai hidup)
  • tingkat kepuasan terhadap hidup, diukur dengan skalaLikert
  • tingkat religi, diukur dengan skala Likert

 

HASIL YANG DIDAPAT:

  1. Faktor yang paling mempengaruhi Tingkat Kecenderungan Berselingkuh adalah Tingkat Religi. Tingkat Religi rendah maka Tingkat Kecenderungan Berselingkuh tinggi dan sebaliknya jika Tingkat Religi tinggi maka Tingkat Kecenderungan Berselingkuh rendah
  1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Tingkat Kecenderungan Berselingkuh adalah tingkat berahi, tingkat kebebasan bergaul, dan tingkat pendidikan.

 

7 Profil Orang yang Memiliki Kecenderungan Selingkuh

  1. Pria dan wanita yang memiliki tingkat religi rendah.
  2. Pria dan wanita yang memiliki tingkat religi rendah dan tingkat berahi tinggi.
  3. Pria dan wanita yang memiliki tingkat religi tinggi, tingkat berahi rendah, dan tingkat kebebasan bergaul tinggi.
  4. Pria dan wanita yang memiliki tingkat religi tinggi, tingkat berahi rendah, tingkat kebebasan bergaul rendah, dan tingkat pendidikan kurang dari atau sama dengan SMA.
  5. Pria dan wanita yang memiliki tingkat religi tinggi dan tingkat kebebasan bergaul tinggi.
  6. Pria yang memiliki tingkat religi rendah dan tingkat kebebasan bergaul tinggi.
  7. Wanita yang memiliki tingkat religi tinggi, tingkat kebebasan bergaul rendah, dan tingkat kepuasan hidup rendah.

Dari hasil di atas dapat disarankan langkah-langkah untuk mengurangi Tingkat Kecenderungan Berselingkuh adalah meningkatkan tingkat religi, memperhatikan pergaulan, meningkatkan pendidikan dan meningkatkan tingkat kepuasan hidup.

Hal di atas menjadi pekerjaan rumah kita bersama dalam upaya kita ikut ambil bagian untuk menguranginya frekunsi terjadinya perselingkuhan di tengah pekerja DKI Jakarta.

 

Rianti Setiadi & Dini Riyani

Bagaimana pendapat Anda?