5 Mitos Tentang Pernikahan yang Terbukti Keliru Secara Sains (2)

mitos pernikahan

Artikel ini merupakan sambungan dari posting sebelumnya: 5 Mitos Tentang Pernikahan yang Terbukti Keliru Secara Sains (1)

3. Karena saya tidak ada lagi rasa sama kamu, artinya kamu bukanlah orangnya

Ini sebenarnya merupakan pemikiran yang berakar dari mitos yang mengatakan bahwa hanya ada 1 orang di dunia ini yang disebut “the one” yang merupakan jodohku, tulang rusukku, belahan jiwaku. Mitos ini dipegang oleh banyak orang, namun sesungguhnya hanya diinspirasikan oleh budaya pop tanpa ada bukti ilmiah apa pun.

Kebenarannya adalah: There is no such things as “the one” for anyone! Tidak ada 1 orang pun yang merupakan pasangan yang sempurna bagi yang lainnya.

pasangan hidup yang tepat

Menemukan pasangan hidup bukanlah tentang menemukan orang yang pas (seperti puzzle di atas), tetapi menjadi pasangan hidup adalah proses pengenalan, adaptasi dan pembelajaran yang akan berlangsung seumur hidup kita. Ini adalah soal “menjadi”, bukanlah “menemukan yang sudah jadi”. Ini seperti 2 potong kayu mentah yang harus dipotong, dihaluskan dan dibentuk sehingga dapat memiliki bentuk yang matching seperti puzzle tadi.

Pernahkah Anda menemukan di alam ada 2 buah benda yang berasal dari sumber yang berbeda tetapi perfectly match secara natural seperti gambar puzzle di atas? Tentu tidak. Semua benda yang matching seperti itu haruslah dibuat dengan campur tangan manusia.

Bagaimana dengan manusia? Bagaimana 2 manusia dengan seperangkat kombinasi karakter, ciri fisik, emosi, nilai-nilai, kebiasaan, masa lalu bisa secara natural perfectly match satu dengan lainnya? Tentu tidak mungkin. Tidak tanpa ada penyesuaian antara satu dengan yang lainnya.

Ini bukan berarti kita bisa klop dengan semua orang, tetapi ada sekumpulan orang yang setelah bersama-sama melalui proses pengenalan, adaptasi dan pembelajaran tadi bisa berubah untuk menjadi orang yang tepat bagi kita.

Jadi pasangan hidup yang tepat itu bukan tunggal “the one” tapi sekumpulan orang yang berpotensi untuk bersama-sama saling beradaptasi untuk menjadi pasangan hidup yang tepat bagi kita.

Kalau “the one” itu tidak ada, kehilangan perasaan terhadap pasangan tidaklah bisa menjadi patokan bahwa mereka bukan jodoh. Sains justru membuktikan bahwa yang kita sebut dengan “perasaan” itu selalu berubah-ubah.

perasaan itu selalu berubah-ubah

Coba perhatikan contoh gambar di atas. Orang yang sama dalam sehari bisa mengalami perubahan mood dan perasaan. Pada awalnya ia merasa senang waktu pertama masuk kerja. Tapi saat membaca email dari bos, ia kesal. Jam 11 siang becanda dengan teman-temannya dan buat moodnya kembali positif.

Perasaan kita juga demikian. Kadang merasa sayang banget, kadang merasa benci, kadang tidak merasakan apa pun. Perasaan kita memang selalu naik turun seperti roda. Adalah tindakan yang keliru menjadikan perasaan sebagai satu-satunya acuan untuk pengambilan keputusan.

 

4. Orang yang pernah berselingkuh pasti akan selingkuh lagi

Saya pernah membahas mitos ini dalam artikel berikut: Apakah Orang yang Berselingkuh Pasti Akan Berselingkuh Lagi? Intinya adalah tidak semua orang yang berselingkuh merupakan serial cheater (bandingkan dengan serial killer – tidak semua pembunuh merupakan serial killer).

Memang benar bahwa orang yang pernah berselingkuh tentu lebih mudah untuk berselingkuh kembali, sama seperti orang yang pernah mencuri, ia juga sudah melewati batas moral sehingga pada pencurian kedua, pertimbangan moralnya sudah tidak lagi sebanyak ketika mencuri pertama kali. Namun sama seperti banyak orang yang jera setelah mencuri/membunuh/melakukan tindakan kriminal, banyak juga orang yang benar-benar bertobat setelah melakukan perselingkuhan.

Kecuali jika seseorang merupakan serial cheater, yang banyak ditemui pada kasus-kasus yang menyangkut orang-orang yang berkepribadian narsistik atau psikopat. (Silakan membaca artikel ini untuk pembahasan lebih lengkap tentang orang-orang seperti ini: 10 Kiat Menghindari Jebakan Predator Cinta ala “The Tinder Swindler”). Seringkali merekalah orang yang melakukan perselingkuhan yang berulang kali sekalipun mereka mengatakan telah menyesal dan bertobat.

 

5. Tidak ada pria yang cukup hanya dengan satu wanita saja

Ini juga mitos yang cukup mengganggu. Seakan-akan semua pria adalah predator seks yang membutuhkan hubungan intim dengan lebih dari satu orang untuk bisa memuaskan dirinya. Suatu hinaan yang menyakitkan sebenarnya bagi pria-pria yang berupaya untuk hidup lurus dengan monogami. Sekalipun di sisi yang lain sebenarnya bisa dipandang sebagai peringatan bagi kami, pria yang tidak ada satu orang pun yang immune terhadap perselingkuhan.

Mitos ini muncul karena begitu banyaknya pria yang berselingkuh, dan karakteristik pria yang mudah tergoda dengan wanita cantik dan menawan. Termasuk banyaknya pria hidung belang yang langganan wanita tuna susila atau setidaknya pijat ++. Kenyataannya adalah, secara statistik, wanita yang berselingkuh pun sekarang sedang dalam tren meningkat drastis, terutama setelah kaum wanita sejajar dengan pria dan memasuki dunia kerja yang sama seperti pria. Mereka pun ternyata sama mudah terjatuhnya dalam perselingkuhan.

Scott Stanley menemukan dalam risetnya ternyata pria maupun wanita sama-sama memiliki kemampuan untuk mencintai lebih dari 1 orang dalam waktu yang sama (Power of Commitment, Scott M. Stanley, 2005).

Kalau wanita juga sekarang tidak immune terhadap perselingkuhan, apakah ini artinya semua manusia tidaklah cukup punya pasangan 1 orang saja? Tentu bukan itu kesimpulannya. Karena sesungguhnya yang jadi masalah dalam perselingkuhan bukanlah jenis kelamin seseorang, ataupun biologi, tetapi komitmen.

 

 

Anda bisa juga membaca mitos-mitos lainnya di artikel ini: 5 Mitos Pernikahan yang Penting untuk Anda Ketahui.

Bagaimana pendapat Anda?