4 Tips Menengahi Konflik Mertua dan Menantu

konflik mertua menantu

Pernikahan saya sudah 9 tahun. Suami tidak dekat dengan keluarganya sedangkan saya sangat dekat dengan keluarga saya. Ceritanya 3 tahun yang lalu suami tersinggung karena dianjurkan untuk menutup usaha dan join usaha keluarga saya karena lebih menjanjikan. Sejak saat itu suami tidak mau datang ke rumah keluarga saya dan setiap kali ada topik tentang keluarga saya, suami akan emosi dan kemudian kami akan bertengkar.

Baca juga: Suamiku Pecandu Narkoba

Saya mengerti kemarahan suami dan telah membela suami di depan keluarga saya. Tetapi saya terbebani sikap suami yang terus emosi setiap saya menyinggung pembicara tentang keluarga saya. Saya juga tidak setuju dengan sikap suami yang memutuskan hubungan dengan keluarga saya. Ini menjadi sumber kerenggangan dan keributan bagi rumah tangga kami. Apa yang bisa saya lakukan agar hubungan kami membaik dan hubungan suami dengan keluarga saya juga bisa membaik. Mohon sarannya. Terima kasih.

Sisca Dewi Yanti (bukan nama sebenarnya)

JAWAB:

Dear Bu Sisca,
Sungguh keadaan ibu membuat ibu merasa serba salah. Di satu pihak keluarga yang mana orang tua kandung sendiri. Di pihak lain suami yang telah tersingung. Dan ibu Sisca masih berusaha untuk menjaga hubungan baik antara keduanya. Dalam permasalahan antara mertua-menantu, seperti yang ditulis dalam buku saya “The Great Marriage“, Anda sebagai istri sudah sangat benar untuk membela suami Anda.

Sekarang bagaimana menangani suami yang terus emosian dengan orang tua Anda

1. Berikan waktu. Walau seperti klise, tapi terkadang waktu memang dapat mengobati luka-luka yang telah terjadi.
2. Pahami perasaan suami. Ada sesuatu yang sangat mengganggu nilai-nilai dan prinsip yang ia pegang, sehingga ia merasa tersinggung pada waktu dulu. Dan hal ini yang membuat sulit baginya untuk memaafkan keluarga Anda.
3. Utarakan bahwa Anda merasa kesulitan dengan kondisi Anda di tengah-tengah keluarga dan suami. Bahwa bagaimana pun Anda tidak bisa memutuskan hubungan dengan keluarga Anda, dan katakan bahwa Anda membutuhkan suami Anda untuk memaafkan keluarga Anda. Gunakan formula “Saya merasa…. Saya membutuhkan kamu….”
4. Jangan memaksakan hubungan untuk kembali pulih seperti sedia kala. Kita perlu menyadari bahwa terkadang hubungan yang telah rusak memang tidak dapat kembali pulih seperti sebelumnya. Terkadang kita hanya dapat mengharapkan bahwa setidaknya tali silaturahmi tidak terputus. Berbaikan tidak berarti harus kembali memiliki hubungan yang akrab seperti dulu, jadi bisa saja suami dapat mengampuni keluarga Anda, namun suami Anda tidak perlu terlalu sering berhubungan dengan mereka. Jangan kuatir, pada waktunya bisa saja suami dapat mempunyai hubungan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Tapi hal tersebut tidak perlu dipaksakan.

Semoga jawaban saya cukup membantu Anda, jangan lupa untuk teruslah berdoa pada Yang Maha Kuasa. Salam Pembelajar!

Bagaimana pendapat Anda?