
“Pernikahan adalah awal hubungan yang indah dan bahagia dengan kekasih kita, bukan akhir.” – Deny Hen
Topik pernikahan bukanlah topik yang seksi bagi para motivator. Pernikahan bukanlah topik yang memiliki peminat yang bejibun. Hanya sedikit orang yang mau meluangkan waktu, tenaga dan uang untuk membangun pernikahan yang baik, yang sehat, suatu pernikahan yang hebat. Padahal pernikahan adalah hal yang paling penting dan paling berarti yang kita miliki setelah Tuhan.
Baca juga: 5 Solusi Jika Suami Menolak Ikut Konseling Pernikahan
Biasanya kita baru memperhatikan pernikahan ketika sesuatu sudah mulai terjadi. Hubungan yang semakin hambar. Suami yang mulai chatting mesra dengan wanita lain. KDRT. Dari loveless marriage ke sexless marriage.
Manusia memang perlu selalu diingatkan untuk lebih baik mencegah daripada mengobati. Sudah terlalu banyak pernikahan yang gagal. Sudah terlalu banyak usaha untuk perbaikan yang gagal. Seakan-akan pernikahan yang normal sedang menunggu giliran kapan hubungan itu akan berakhir.
Saya mengenal orang yang bercerai setelah 1 bulan menikah. Saya juga mendapat informasi dari komunitas ibu-ibu RT tentang mulai maraknya pernikahan yang amblas setelah 20 tahun menikah. Mungkin yang terakhir ini cuma bertahan nikah hanya sampai anak-anak mereka dewasa, setelah itu, biarlah suami dan istri jalan masing-masing.
Lebih banyak orang yang ingin kaya, daripada hidup yang meaningful dalam pernikahan yang sehat. Pernikahan sedihnya tidak pernah (atau jarang) dipandang sebagai INVESTASI yang sangat besar dan bernilai tinggi. Padahal biaya menikah tidak murah, waktu yang sudah diinvestasikan untuk mengejar, berkencan, mempersiapkan pernikahan juga tidak sebentar, dan banyak pasangan malah sudah mengeluarkan jerih payah yang sangat besar untuk akhirnya bisa bersama (sakit hati, konflik, pengorbanan untuk bisa bertemu, upaya meminang kepada keluarganya dan lain-lain)
3 Manfaat Pernikahan yang Hebat
Pernikahan yang baik, yang sehat, yang hebat setidaknya memiliki 3 dampak positif:
1.Dampak kesehatan
Dalam Wall Street Journal , Elizabeth Bernstein menuliskan hasil risetnya terhadap 122 orang dewasa di Amerika untuk mengukur tingkat stres mereka. Berstein mendapatkan bahwa sebagian besar orang, pria maupun wanita ternyata mendapatkan stres yang lebih tinggi dari rumah daripada dari pekerjaan mereka.
Pernikahan yang baik akan mengurangi tingkat stres di rumah. Rumah akan menjadi tempat yang nyaman bahkan menjadi safe haven bagi anggota keluarga. Berada di rumah, bercakap-cakap dengan pasangan malah akan meredakan stres, bukan menimbulkan stres yang baru. Sebaliknya hubungan yang buruk bahkan bisa membawa seseorang kepada depresi. Karena stres membuat tubuh rentan terkena penyakit, maka pernikahan yang baik memberikan dampak kesehatan tubuh yang lebih baik daripada pasangan yang tidak memilikinya.
2.Dampak finansial
Pernikahan yang baik akan membuat keuangan keluarga yang lebih baik karena:
- Hubungan yang baik mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu akibat miskomunikasi maupun emosi waktu terjadi pertengkaran.
- Hubungan yang baik mengurangi tingkat stres pasangan, sehingga menghemat pengeluaran kesehatan keluarga.
- Pasangan yang memiliki hubungan yang baik, walaupun miskin pada saat menikah, terbukti di kemudian hari akan memiliki keunggulan finansial dibandingkan dengan pasangan yang pernikahannya buruk atau bercerai. Hal ini karena pasutri akan saling mendukung satu sama lain, sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi pencari nafkah untuk berjuang dengan gigih dalam karir dan usaha mereka.
Bayangkan biaya yang harus dikeluarkan bila suami dan istri bercerai. Untuk pengacara saja bisa harus membayar 20 juta, plus ada yang disebut dengan success fee (biaya yang harus dibayar bila klien memenangkan sidang). Belum lagi biaya gugatan cerai/talak cerai, biaya sidang, biaya akomodasi, biaya transport pengacara, biaya tunjangan untuk istri tiap bulan, pemisahan harta dll.
Dapatkah Anda membayangkan betapa besar biaya, waktu dan perhatian yang tersita untuk suatu perceraian? Bagi para istri pun banyak yang mengalami stres pasca perceraian, terutama karena penghasilannya sendiri ternyata sulit untuk mencukupi biaya kebutuhan hidup sehari-hari.
Kalau pun tidak bercerai, misalkan saja suami berantem dengan istri, dan suami pergi ke gerai kopi, membeli kopi seharga Rp 50.000,-. Sebulan 2 x saja berantem, dalam satu tahun jumlahnya sudah Rp 50.000,- x 2 x 12 = Rp 1.200.000,- !! Demikian besar biaya yang harus keluar karena berantem.
Masih mending kalau hanya ke Starbuck. Coba kalau pelampiasannya ngedugem, ke karaoke, spa plus-plus… urusannya bukan hanya uang yang banyak yang keluar, tapi juga masalah-masalah yang pelik yang ditimbulkan. Termasuk resiko terkena penyakit kelamin, AIDS dan bahkan kanker serviks.
Btw, sedikit orang yang mendapat informasi yang benar bahwa kanker serviks tidak dapat ditularkan melalui closet di WC umum, ia terjangkit jika suami atau istri pernah melakukan hubungan intim yang beresiko. Itu sebabnya dokter kandungan kami tidak menyarankan istri saya mengeluarkan uang untuk vaksinasi serviks, karena beliau melihat keluarga kami adalah keluarga yang baik, yang tidak neko-neko. cek di sini untuk informasi yang lebih akurat:
- https://www.womenshealth.gov/cancer/cervical-cancer tentang HPV adalah penyakit menular seksual (ditularkan melalui hubungan intim, atau penggunaan sex toys bersama)
- https://www.verywellhealth.com/hpv-and-toilet-seats-514137 tentang HPV tidak dapat ditularkan melalui dudukan kloset di WC umum.
3.Dampak bagi anak
Dampak positif pernikahan yang indah bagi anak adalah:
- Membantu anak menjalin hubungan dengan orang lain
- Memutus rantai pernikahan yang buruk dari generasi sebelumnya
- Membantu anak untuk berkembang dengan sehat, sehingga memberikan kesempatan yang lebih besar bagi anak untuk sukses
Penelitian mengatakan bahwa pada umumnya pasutri baru datang kepada konselor pernikahan setelah 6 tahun mengalami masalah dalam pernikahan mereka. Padahal setelah 6 tahun itu masalah mereka sudah menjadi sedemikian kompleks dan sulit diselesaikan. Itulah sebabnya 6 tahun pertama pernikahan adalah masa yang sangat penting untuk bisa membangun fondasi pernikahan yang solid, kokoh dan sehat. Pernikahan pun dapat dilindungi sebelum terlambat, yaitu sebelum masalah menjadi rumit, cinta menjadi padam dan pernikahan yang terancam bubar.
Itulah sebabnya saya lebih menyukai coaching daripada konseling. Coaching membantu klien saya untuk mencapai tujuan-tujuan relasi, menilai ada di mana diri kita sekarang, melatih skill-skill yang dibutuhkan, sebagai tindakan preventif. Bagi para suami, coaching dapat menjadi jalan keluar untuk Anda yang tidak suka curhat, hanya fokus pada tujuan dan target.
Maka, usahakanlah pernikahan yang sehat dan harmonis itu, perlakukan pernikahan sebagai INVESTASI yang HIGH RISK tapi HIGH GAIN (asalkan diusahakan terus-menerus) dan nikmat Surga niscaya boleh setitik dinikmati di dunia.
Saya Deny Hen, Salam Pembelajar!

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.